Jumat, 14 November 2014

Kisah Tempayan Retak



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgypWRc_qWD2XSqi95CieZL2mGQkvV3-UZUKytfcLMmqRoHcmK2JYAH35ToS4KmvjJ-_sOYBHLK-_JpijcmvzKzWaIE4nXCm_vWBUnyJ8Dswzt-NvPjkDiWOGV6e13AzHZWe7tjJGiBiQ/s320/Cracked.jpg
Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan Yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, Sedangkan tempayan satunya lagi tidak. 
Jika tempayan yang tidak retak itu selalu membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari  mata air ke rumah majikannya. Tempayan itu hanya dapat air setengah penuh, Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. 
Si tukang air hanya dapat membawa Satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak Merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan  tugasnya dengan sempurna. 
Namun si tempayan retak yang malang itu Merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya Dan merasa sedih sebab ia hanya dapat Memberikan setengah dari porsi yang seharusnya Dapat diberikannnya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, Tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."

 "Kenapa?" tanya si tukang air,
 "kenapa kamu merasa malu?" 

"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacadku itu, saya telah membuatmu rugi." Kata tempayan itu. 

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata,  "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar