Minggu, 30 November 2014

Kisah Suami Istri dan Pengemis


Pada suatu hari sepasang suami isteri sedang makan bersama di rumahnya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seorang pengemis. Melihat keadaan pengemis itu, si isteri merasa terharu dan dia bermaksud hendak memberikan sesuatu.
 
Tetapi sebelumnya sebagai seorang wanita yang patuh kepada suaminya, dia meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya, "Suamiku, bolehkah aku memberi makanan kepada pengemis itu?"
 
Rupanya suaminya memiliki karakter berbeda dengan wanita itu. Dengan suara lantang dan kasar menjawab, "Tidak usah! usir saja dia, dan tutup kembali pintunya!" 
 
Si isteri terpaksa tidak memberikan apa-apa kepada pengemis tadi sehingga dia berlalu dengan kecewa.
 
Pada suatu hari yang naas, perdagangan lelaki itu jatuh bangkrut. Kekayaannya habis dan ia menderita banyak hutang. Selain itu, karena ketidakcocokan sifat dengan isterinya, rumah tangganya menjadi berantakan sehingga terjadilah perceraian.
 
Tidak lama sesudahnya, mantan isteri laki-laki yang pailit itu menikah lagi dengan seorang pedagang di kota dan hidup berbahagia. 
 
Pada suatu ketika, wanita itu sedang makan dengan suaminya (yang baru), tiba-tiba ia mendengar pintu rumahnya diketuk orang. Setelah pintunya dibuka ternyata tamu tak diundang itu adalah seorang pengemis yang sangat mengharukan hati. 
 
Maka wanita itu berkata kepada suaminya, "Wahai suamiku, bolehkah aku memberikan sesuatu kepada pengemis ini?". Suaminya menjawab, "Berikan makan pengemis itu!"
 
Setelah memberi makanan kepada pengemis itu isterinya masuk ke dalam rumah sambil menangis. 
 
Suaminya dengan perasaan heran bertanya kepadanya, "Mengapa engkau menangis? apakah engkau menangis karena aku menyuruhmu memberikan daging ayam kepada pengemis itu?"
 
Wanita itu menggeleng halus, lalu berkata dengan nada sedih, "Wahai suamiku, aku sedih dengan perjalanan takdir yang sungguh menakjubkan hatiku. Tahukah engkau siapa pengemis yang ada diluar itu ?
 
Dia adalah suamiku yang pertama dulu."
 
Mendengar keterangan isterinya demikian, sang suami sedikit terkejut, tapi segera ia balik bertanya, "Dan, tahukah engkau siapa aku yang kini menjadi suamimu ini?
Aku adalah pengemis yang dulu diusirnya!"
 
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
 
Waw, nggak nyangka banget kan ya, Sob?

Roda hidup selalu berputar. Kita tidak akan pernah tahu posisi kita akan di atas atau di bawah.
 
Renungan :
"Jangan Bersikap Sombong ketika berada di ATAS, tebarkan perbuatan baik dimana-mana, maka kita akan menerima balasannya."
 

Sabtu, 29 November 2014

Kentang Kebencian


http://soulofjakarta.com/images-artikel/besar/kentang.png


Ada sebuah kisah inspiratif tentang bagaimana seorang guru taman kanak-kanak mengajar murid-muridnya tentang buruknya menyimpan dendam atau sakit hati.

Guru tersebut meminta murid-muridnya untuk membawa kentang sejumlah orang-orang yang mereka benci atau yang telah membuat mereka marah. 

Di hari dimana anak-anak itu membawa kentang mereka masing-masing, ibu guru tersebut meminta anak-anak menuliskan nama-nama orang yang mereka benci itu pada kentang-kentang yang mereka bawa. Setelah itu, kentang-kentang itu dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan dan mereka harus membawa kantung berisi kentang-kentang itu kemanapun mereka pergi selama satu minggu.

Kentang-kentang itu membusuk bersama berjalannya hari. Namun anak-anak itu tetap taat membawa kentang-kentang itu sekalipun berat dan berbau busuk. 

Akhirnya satu minggu mereka lalui, dan dihari ketujuh, ibu guru tersebut bertanya pada anak-anak TK tersebut, "Nah, bagaimana rasanya membawa kentang-kentang itu selama seminggu Anak-anak?"

Seorang murid menjawab, "Berat, Bu ..."

Yang lainnya berseru, "Bau busuk, Bu …"

Guru tersebut tersenyum sambil mengangguk dan memperbolehkan mereka meletakkan kantung kentang mereka. Setelah mereka melepaskan kentang-kentang itu, ibu guru menjelaskan dengan lembut, 
"Anak-anak, inilah pelajaran yang penting yang harus kita ingat. Jika kita menyimpan kebencian atau kemarahan, kita seperti menggendong beban kemana-mana dan baunya pun busuk. Untuk itu kita harus cepat melepaskan pengampunan, dan jangan menyimpan kemarahan atau kebencian apa lagi selama berhari-hari bahkan bertahun-tahun."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mungkin Anda berkata, "Memaafkan itu mudah diucapkan tapi sulit untuk dilakukan." Saya setuju dengan Anda, tapi "sulit" bukan berarti tidak bisa. Mengapa?

Memaafkan adalah sebuah pilihan, jadi ini bukan bicara bisa atau tidak bisa, namun mau atau tidak mau.

Jadi ...
Jangan simpan kemarahan dan kebencian, karena menyimpan kebencian sama saja Anda menyimpan sampah dan membawanya kemana-mana.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~  

Jumat, 28 November 2014

Beautiful Scenery lagi, Temans!

 

 


 

 

http://livs.ru/uploads/posts/2009-01/1231573214_2cd651cbc952-12.jpg 
http://www.chrystal-clear.com/wp-content/uploads/2012/06/Italy-Cinque-Terre-14.jpg cinque terre

 

Kamis, 27 November 2014

Kisah Haru Pengantin Baru

http://mariadevoz.com.br/blog/wp-content/uploads/2011/02/02a3.jpg

Sepasang suami istri sedang makan malam bersama di rumah. Mereka adalah pengantin yang baru menikah satu bulan. Di tengah waktu makan malam mereka, sang istri membuka pembicaraan ...
Istri : "Suamiku sayang, bolehkah aku melakukan usul?"

Suami : "Boleh istriku sayang, silakan!!"

Istri : "Saya ingin kita menulis kekurangan pasangan kita masing2 di kertas kosong..agar kita bisa saling intropeksi diri. Tapi janji, tidak ada yang boleh tersinggung. Bagaimana sayang??"

Suami : "Baik istriku, insya Allah.." (sambil tersenyum manis)

Sang istri kemudian pergi mengambil 2 lembar kertas kosong dan pulpen. Lima belas menit kemudian...

Istri : "Sayang, saya sudah selesai menulisnya. Apakah engkau juga sudah selesai?"

Suami : "Iya , saya juga sudah selesai!"

Istri : "Baiklah, sekarang tukar kertas kita masing2. Jangan ada yang dibuka dulu. Nanti dibaca secara terpisah setelah saya membereskan makan malam ini!"

Suami : "Iya sayang!" (sambil kecup istri)

Si istri mulai membereskan makan malam dan suami lantas pergi ke kamar tidur. Beberapa saat kemudian istri kirim sms kepada suami ...

"Suamiku, sekarang saya sudah selesai. Silahkan buka kertasnya dan baca tulisannya di kamar. saya akan membacanya di dapur."

Sang suami langsung membuka kertas dan membacanya. Setiap membaca tulisan mengenai kekurangannya, air matanya tidak bisa dibendung, mengalir di setiap sudut matanya. Karena ternyata begitu banyak kekurangan pada dirinya. Sementara itu, di dapur sang istri juga membuka kertas.

Tak lama kemudian sang istri menghampiri suami ke kamar ...

Istri : "Bagaimana suamiku, engkau telah membacanya?"

Suami : "Sudah istriku, maafkan aku yang tidak bisa sempurna mendampingimu ... maafkan aku." (air matanya semakin deras mengalir)

Istri : "Iya suamiku, tapi mengapa engkau tidak menulis apapun dikertas itu? padahal aku telah menulis segala kekuranganmu ..."

Suami : "Wahai istriku tercinta, tahukah engkau? aku mencintaimu apa adanya.. sehingga aku melihat kekuranganmu adalah kelebihanmu dan aku tahu Allah menciptakan setiap manusia dengan berbagai kekurangannya, untuk itu aku sebagai suamimu akan menjadi pelengkap untuk menutupi kekurangan istriku ... aku mencintaimu karena Allah wahai istriku." (sambil menangis dan berbisik lirih di telinga sang istri)

Sang istri pun tak sanggup menahan tangis mendengar ucapan dari sang suami yang begitu sangat mencintainya ....

http://media-cache-ak0.pinimg.com/736x/c9/5a/9f/c95a9f387ee7c00b610d69c65bd63a6a.jpg


https://lh6.googleusercontent.com/-ZEBP4x7AyQg/UtXAMHMQBII/AAAAAAAAbN8/DV04f5gYmRU/w1698-h1131/photo.jpg

Rabu, 26 November 2014

Kisah Inspiratif Dokter, euy! ^-^


"Kini tiba saatnya kita semua mendengarkan nasihat pernikahan untuk kedua mempelai yang akan disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Mamduh Hasan Al-Ganzouri . Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan Direktur Rumah Sakit Qashrul Aini, seorang pakar syaraf terkemuka di Timur Tengah, yang tak lain adalah juga dosen kedua mempelai. Kepada Professor dipersilahkan ..." 

Suara pembawa acara walimatul urs itu menggema di seluruh ruangan resepsi pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi sungai Nil, Kairo.

Seluruh hadirin menanti dengan penasaran, apa kiranya yang akan disampaikan pakar syaraf jebolan London itu. Hati mereka menanti-nanti mungkin akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan kesehatan syaraf dari professor yang murah senyum dan sering nongol di televisi itu.

Sejurus kemudian, seorang laki-laki separuh baya berambut putih melangkah menuju podium. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan wibawa. Kepalanya yang sedikit botak, meyakinkan bahwa ia memang seorang ilmuan berbobot. Sorot matanya yang tajam dan kuat, mengisyaratkan pribadi yang tegas. Begitu sampai di podium, kamera video dan lampu sorot langsung shoot ke arahnya. Sesaat sebelum bicara, seperti biasa, ia sentuh gagang kacamatanya, lalu ...

Bismillah, alhamdulillah, washalatu was salamu'ala Rasulillah, amma ba'du. Sebelumnya saya mohon ma'af , saya tidak bisa memberi nasihat lazimnya para ulama, para mubhaligh dan para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini perkenankan saya bercerita ...


Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan fiktif belaka dan bukan cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tak ternilai harganya, yang telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. arapan saya, mempelai berdua dan hadirin sekalian yang dimuliakan Allah bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang dikandungnya. Ambilah mutiaranya dan buanglah lumpurnya.

Saya berharap kisah nyata saya ini bisa melunakkan hati yang keras, melukiskan nuansa-nuansa cinta dalam kedamaian, serta menghadirkan kesetiaan pada segenap hati yang menangkapnya.
Tiga puluh tahun yang lalu ...


Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah keluarga bangsawan menengah ke atas. Ayah saya seorang perwira tinggi, keturunan "Pasha" yang terhormat di negeri ini. Ibu saya tak kalah terhormatnya, seorang lady dari keluarga aristokrat terkemuka di Ma'adi, ia berpendidikan tinggi, ekonom jebolan Sorbonne yang memegang jabatan penting dan sangat dihormati kalangan elit politik di negeri ini.

Saya anak sulung, adik saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam suasana aristokrat dengan tatanan hidup tersendiri. Perjalanan hidup sepenuhnya diatur dengan undang-undang dan norma aristokrat. Keluarga besar kami hanya mengenal pergaulan dengan kalangan aristokrat atau kalangan high class yang sepadan!

Entah kenapa saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya merasa terkukung dan terbelenggu dengan strata sosial yang didewa-dewakan keluarga. Saya tidak merasakan benar hidup yang saya cari. Saya lebih merasa hidup justru saat bergaul dengan teman-teman dari kalangan bawah yang menghadapi hidup dengan penuh rintangan dan perjuangan. Hal ini ternyata membuat gusar keluarga saya, mereka menganggap saya ceroboh dan tidak bisa menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya dengan orang yang selalu basah keringat dalam mencari pengganjal perut dianggap memalukan keluarga. Namun saya tidak peduli.

Karena ayah memperoleh warisan yan sangat besar dari kakek, dan ibu mampu mengembangkannya dengan berlipat ganda, maka kami hidup mewah dengan selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa berlibur ke luar negri, ke Paris, Roma, Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika berlibur di dalam negeri ke Alexandria misalnya, maka pilihan keluarga kami adalah hotel San Stefano atau hotel mewah di Montaza yang berdekatan dengan istana Raja Faruq.

Begitu masuk fakultas kedokteran, saya dibelikan mobil mewah. Berkali-kali saya minta pada ayah untuk menggantikannya dengan mobil biasa saja, agar lebih enak bergaul dengan teman-teman dan para dosen. Tetapi beliau menolak mentah-mentah.

"Justru dengan mobil mewah itu kamu akan dihormati siapa saja" tegas ayah.


Terpaksa saya pakai mobil itu meskipun dalam hati saya membantah habis-habisan pendapat materialis ayah. Dan agar lebih nyaman di hati, saya parkir mobil itu agak jauh dari tempat kuliah.

Ketika itu saya jatuh cinta pada teman kuliah. Seorang gadis yang penuh pesona lahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan kemuliaan ahlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung hatinya tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan kecerdasannya sangat menajubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi, sama seperti saya.

Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga mencintai saya. Saya merasa telah menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta ini dalam ikatan suci yang diridhai Allah, yaitu ikatan pernikahan. Akhirnya kami berdua lulus dengan nilai tertinggi di fakultas. Maka datanglah saat untuk mewujudkan impian kami berdua menjadi kenyataan. Kami ingin memadu cinta penuh bahagia di jalan yang lurus.

Saya buka keinginan saya untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati pada keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu, dan saudara-saudara saya semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan kecerdasannya. Ibu saya memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian serta tutur bahasanya yang halus.

Usai kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Begitu saya beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan membanting gelas yang ada di dekatnya. Bahkan beliau mengultimatum: Pernikahan ini tidak boleh terjadi selamanya!

Beliau menegaskan bahwa selama beliau masih hidup rencana pernikahan dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh otak saya nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang tak terkira.

Hadirin semua, apakah anda tahu sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku sedemikian sadis? Sebabnya, karena ayah calon istri saya itu tukang cukur....tukang cukur, ya... sekali lagi tukang cukur! Saya katakan dengan bangga. Karena, meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati. Seorang pekerja keras yang telah menunaikan kewajibannya dengan baik kepada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi yang tak banyak dilakukan para bangsawan "Pasha". Lewat tangannya ia lahirkan tiga dokter, seorang insinyur dan seorang letnan, meskipun dia sama sekali tidak mengecap bangku pendidikan.

Ibu, saudara dan semua keluarga berpihak kepada ayah. Saya berdiri sendiri, tidak ada yang membela. Pada saat yang sama adik saya membawa pacarnya yang telah hamil 2 bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah ibu langsung merestui dan menyiapkan biaya pesta pernikahannya sebesar 500 ribu ponds. Saya protes kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil seperti ini? Kenapa saya yang ingin bercinta di jalan yang lurus tidak direstui, sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah berzina, bergonta-ganti pacar dan akhirnya menghamili pacarnya yang entah yang ke berapa di luar akad nikah malah direstui dan diberi fasilitas maha besar? Dengan enteng ayah menjawab. "Karena kamu memilih pasangan hidup dari strata yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan pacar adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan menaikkan martabat keluarga besar Al Ganzouri."

Hadirin semua, semakin perih luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah saya, tentu sudah saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat sudah dekat, yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun yang jelas berzina justru difasilitasi.

Dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk membela cinta dan hidup saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahwa cara dan pasangan bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini kebenarannya. Itu saja.

Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui ayahnya. Dengan penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dengan harapan beliau berlaku bijak merestui rencana saya. Namun, la haula wala quwwata illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah mengetahui penolakan keluarga saya. Beliaupun menolak mentah-mentah untuk mengawinkan putrinya dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya dengan reaksi lebih keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad menikah dengan saya.

Kami berdua bingung, jiwa kami tersiksa. Keluarga saya menolak pernikahan ini terjadi karena alasan status sosial , sedangkan keluarga dia menolak karena alasan membela kehormatan.

Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, beratap dan bertanya kenapa orang-orang itu tidak memiliki kesejukan cinta?

Setelah berpikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri penderitaan ini. Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke kantor ma'dzun syari (petugas pencatat nikah) disertai 3 orang sahabat karibku. Kami berikan identitas kami dan kami minta ma'dzun untuk melaksanakan akad nikah kami secara syari'ah mengikuti mahzab imam Hanafi.

Ketika Ma'dzun menuntun saya, "Mamduh, ucapkanlah kalimat ini: Saya terima nikah kamu sesuai dengan sunatullah wa rasulih dan dengan mahar yang kita sepakati bersama serta dengan memakai mahzab Imam Abu Hanifah."

Seketika itu bercucuranlah air mata saya, air mata dia dan air mata 3 sahabat saya yang tahu persis detail perjalanan menuju akad nikah itu. Kami keluar dari kantor itu resmi menjadi suami-isteri yang sah di mata Allah SWT dan manusia. Saya bisikkan ke istri saya agar menyiapkan kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini belum berakhir.

Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, akad nikah kami membuat murka keluarga. Prahara kehidupan menanti di depan mata. Begitu mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayah dari rumah. Mobil dan segala fasilitas yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa. Kecuali tas kumal berisi beberapa potong pakaian dan uang sebanyak 4 pound saja! Itulah sisa uang yang saya miliki sehabis membayar ongkos akad nikah di kantor ma'dzun.

Begitu pula dengan istriku, ia pun diusir oleh keluarganya. Lebih tragis lagi ia hanya membawa tas kecil berisi pakaian dan uang sebanyak 2 pound, tak lebih! Total kami hanya pegang uang 6 pound atau 2 dolar!!!

Ah, apa yang bisa kami lakukan dengan uang 6 pound? Kami berdua bertemu di jalan layaknya gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat pada puncak musim dingin. Kami menggigil, rasa cemas, takut, sedih dan sengsara campur aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca bertatapan penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dekapan kasih sayang , rasa berdaya dan hidup menjalari sukma kami.

"Habibi, maafkan kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti ini. Maafkan Kanda!"
"Tidak... Kanda tidak salah, langkah yang kanda tempuh benar. Kita telah berpikir benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak bisa menghargai kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berpikir anak kecil. Suatu ketika mereka akan tahu bahwa kita benar dan tindakan mereka salah. Saya tidak menyesal dengan langkah yang kita tempuh ini.

Percayalah, insya Allah, saya akan setia mendampingi kanda, selama kanda tetap setia membawa dinda ke jalan yang lurus. Kita akan buktikan kepada mereka bahwa kita bisa hidup dan jaya dengan keyakinan cinta kita. Suatu ketika saat kita gapai kejayaan itu kita ulurkan tangan kita dan kita berikan senyum kita pada mereka dan mereka akan menangis haru.Air mata mereka akan mengalir deras seperti derasnya air mata derita kita saat ini," jawab isteri saya dengan terisak dalam pelukan.
Kata-katanya memberikan sugesti luar biasa pada diri saya. Lahirlah rasa optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu sirna seketika. Apalagi teringat bahwa satu bulan lagi kami akan diangkat menjadi dokter. Dan sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima penghargaan dan uang sebanyak 40 pound.

Malam semakin melarut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di emperan toko berdua sebagai gembel yang tidak punya apa-apa. Dalam kebekuan, otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin kami tidur di emperan toko itu. Jalan keluar pun datang juga. Dengan sisa uang 6 pound itu kami masih bisa meminjam sebuah toko selama 24 jam.


Saya berhasil menghubungi seorang teman yang memberi pinjaman sebanyak 50 pound. Ia bahkan mengantarkan kami mencarikan losmen ala kadarnya yang murah.Saat kami berteduh dalam kamar sederhana, segera kami disadarkan kembali bahwa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus mengarunginya berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan perjuangan keras kami berdua serta rahmat Allah SWT.

Kami hidup dalam losmen itu beberapa hari, sampai teman kami berhasil menemukan rumah kontrakan sederhana di daerah kumuh Syubra Khaimah. Bagi kaum aristokrat, rumah kontrakan kami mungkin dipandang sepantasnya adalah untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah binatang kesayangan mereka mungkin lebih bagus dari rumah kontrakan kami.

Namun bagi kami adalah hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu, jika seorang gelandangan tanpa rumah menemukan tempat berteduh ia bagai mendapat hadiah agung dari langit. Kebetulan yang punya rumah sedang membutuhkan uang, sehingga dia menerima akad sewa tanpa uang jaminan dan uang administrasi lainnya. Jadi sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk 3 bulan.

Betapa bahagianya kami saat itu, segera kami pindah kesana. Lalu kami pergi membeli perkakas rumah untuk pertama kalinya. Tak lebih dari sebuah kasur kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu kecil, dua kursi dan satu kompor gas sederhana sekali, kipas dan dua cangkir dari tanah, itu saja... tak lebih.

Dalam hidup bersahaja dan belum dikatakan layak itu, kami merasa tetap bahagia, karena kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia adalah hidup dengan gairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia merindukan surga di akhirat? Karena di surga Allah menjanjikan cinta.

Ah, saya jadi teringat perkataan Ibnu Qayyim, bahwa nikmatnya persetubuhan cinta yang dirasa sepasang suami-isteri di dunia adalah untuk memberikan gambaran setetes nikmat yang disediakan oleh Allah di surga. Jika percintaan suami-isteri itu nikmat, maka surga jauh lebih nikmat dari semua itu. Nikmat cinta di surga tidak bisa dibayangkan. Yang paling nikmat adalah cinta yang diberikan oleh Allah kepada penghuni surga , saat Allah memperlihatkan wajah-Nya. Dan tidak semua penghuni surga berhak menikmati indahnya wajah Allah SWT.

Untuk nikmat cinta itu, Allah menurunkan petunjuknya yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Yang konsisten mengikuti petunjuk Allah-lah yang berhak memperoleh segala cinta di surga.
Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus mendekatkan diri kepada-Nya.

Istri saya jadi rajin membaca Al-Qur'an, lalu memakai jilbab, dan tiada putus shalat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi Rabi'ah Adawiyah yang larut dalam samudra munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang ia adalah dokter yang penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang berkarakter dan berkepribadian kuat, ia bertekad untuk hidup berdua tanpa bantuan siapapun, kecuali Allah SWT. Dia juga seorang wanita yang pandai mengatur keuangan. Uang sewa sebanyak 25 poud yang tersisa setelah membayar sewa rumah cukup untuk makan dan transportasi selama sebulan.

Tetanggga-tetangga kami yang sederhana sangat mencintai kami, dan kamipun mencintai mereka. Mereka merasa kasihan melihat kemelaratan dan derita hidup kami, padahal kami berdua adalah dokter. Sampai-sampai ada yang bilang tanpa disengaja,"Ah, kami kira para dokter itu pasti kaya semua, ternyata ada juga yang melarat sengsara seperti Mamduh dan isterinya."

Akrabnya pergaulan kami dengan para tetangga banyak mengurangi nestapa kami. Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil layaknya saudara sendiri. Ada yang menawarkan kepada isteri agar menitipkan saja cuciannya pada mesin cuci mereka karena kami memang dokter yang sibuk. Ada yang membelikan kebutuhan dokter. Ada yang membantu membersihkan rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan-pertolongan mereka.

Kehangatan tetangga itu seolah-olah pengganti kasarnya perlakuan yang kami terima dari keluarga kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil sama sekali untuk mencari dan mengunjungi kami. Yang lebih menyakitkan mereka tidak membiarkan kami hidup tenang.

Suatu malam, ketika kami sedang tidur pulas, tiba-tiba rumah kami digedor dan didobrak oleh 4 bajingan kiriman ayah saya. Mereka merusak segala perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya, mereka patah-patahkan, begitu juga dengan kursi. Kasur tempat kami tidur satu-satunya mereka robek-robek. Mereka mengancam dan memaki kami dengan kata-kata kasar. Lalu mereka keluar dengan ancaman, "Kalian tak akan hidup tenang, karena berani menentang Tuan Pasha."

Yang mereka maksudkan dengan Tuan "Pasha" adalah ayah saya yang kala itu pangkatnya naik menjadi jendral. Ke-empat bajingan itu pergi. Kami berdua berpelukan, menangis bareng berbagi nestapa dan membangun kekuatan. Lalu kami tata kembali rumah yang hancur. Kami kumpulkan lagi kapas-kapas yang berserakan, kami masukan lagi ke dalam kasur dan kami jahit kasur yang sobek-sobek tak karuan itu. Kami tata lagi buku-buku yang berantakan. Meja dan kursi yang rusak itu berusaha kami perbaiki. Lalu kami tertidur kecapaian dengan tangan erat bergenggaman, seolah eratnya genggaman inilah sumber rasa aman dan kebahagiaan yang meringankan intimidasi hidup ini.

Benar, firasat saya mengatakan ayah tidak akan membiarkan kami hidup tenang. Saya mendapat kabar dari seorang teman bahwa ayah telah merancang skenario keji untuk memenjarakan isteri saya dengan tuduhan wanita tuna susila. Semua orang juga tahu kuatnya intelijen militer di negeri ini. Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di telapak kaki mereka. Saya hanya bisa pasrah total kepada Allah mendengar hal itu.

Dan Masya Allah! Ayah telah merancang skenario itu dan tidak mengurungkan niat jahatnya itu, kecuali setelah seorang teman karibku berhasil memperdaya beliau dengan bersumpah akan berhasil membujuk saya agar menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak menjalankan skenario itu , sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan saya akan menjadi lebih keras dan bisa berbuat lebih nekad.

Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku setiap pekan sambil meminta beliau sabar, sampai berhasil meyakinkan saya untuk mencerai isteriku. Inilah skenario temanku itu untuk terus mengulur waktu, sampai ayah turun marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya bisa mempersiapkan segala sesuatu lebih matang.

Beberapa bulan setelah itu datanglah saat wajib militer. Selama satu tahun penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang saya takutkan, tidak ada pemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6 pound setiap bulan. Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang sangat saya cintai. Nyaris selama 1 tahun saya tidak bisa tidur karena memikirkan keselamatan isteri tercinta.

Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan hamba-hamba-Nya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia mendapatkan kesempatan magang di sebuah klinik kesehatan dekat rumah kami. Jadi selama satu tahun ini, dia hidup berkecukupan dengan rahmat Allah SWT.

Selesai wajib militer, saya langsung menumpahkan segenap rasa rindu kepada kekasih hati. Saat itu adalah musim semi. Musim cinta dan keindahan. Malam itu saya tatap matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia tersenyum manis. Saya reguk segala cintanya. Saya teringat puisi seorang penyair Palestina yang memimpikan hidup bahagia dengan pendamping setia & lepas dari belenggu derita:

Sambil menatap kaki langit
Kukatakan kepadanya
Di sana... di atas lautan pasir kita akan berbaring
Dan tidur nyenyak sampai subuh tiba
Bukan karna ketiadaan kata-kata
Tapi karena kupu-kupu kelelahan
Akan tidur di atas bibir kita
Besok, oh cintaku... besok
Kita akan bangun pagi sekali
Dengan para pelaut dan perahu layar mereka
Dan akan terbang bersama angin
Seperti burung-burung


Yah... saya pun memimpikan demikian. Ingin rasanya istirahat dari nestapa dan derita. Saya utarakan mimpi itu kepada istri tercinta. Namun dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah bersih keras untuk masuk program Magister bersama!

"Gila... ide gila!!!" pikirku saat itu. Bagaimana tidak...ini adalah saat paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan sebagai dokter di negara Teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang tidak berperasaan. Tetapi istri saya tetap bersikukuh untuk meraih gelar Magister dan menjawab logika yang saya tolak:

"Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan kita dan mendapat tawaran dari Fakultas sehingga akan mendapatkan keringanan biaya, kita harus sabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita rengguk sum-sum penderitaan ini. Kita sempurnakan prestasi akademis kita, dan kita wujudkan mimpi indah kita."

Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad baja istriku, hatiku pun luluh. Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan kekuatan jiwanya.

Jadilah kami berdua masuk Program Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup baru yang lebih menderita. Pemasukan pas-pasan, sementara kebutuhan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktek, buku, dll. Nyaris kami hidup laksana kaum Sufi, makan hanya dengan roti dan air. 

Hari-hari yang kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam hari kami lalui bersama dengan perut kosong, teman setia kami adalah air keran.

Masih terekam dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama dalam suatu malam sampai didera rasa lapar yang tak terperikan, kami obati dengan air. Yang terjadi malah kami muntah-muntah. Terpaksa uang untuk beli buku kami ambil untuk pengganjal perut.

Siang hari, jangan tanya... kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu, terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan.

Meski demikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah menyesal atau mengeluh sedikitpun. Tidak pernah saya melihat istri saya mengeluh, menagis dan sedih ataupun marah karena suatu sebab. Kalaupun dia menangis, itu bukan karena menyesali nasibnya, tetapi dia malah lebih kasihan kepada saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah, tiba-tiba harus hidup sengsara layaknya gelandangan.

Sebaliknya, sayapun merasa kasihan melihat keadaannya, dia yang asalnya hidup nyaman dengan keluarganya, harus hidup menderita di rumah kontrakan yang kumuh dan makan ala kadarnya.

Timbal balik perasaan ini ternya menciptakan suasana mawaddah yang luar biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak bisa lagi melukiskan rasa sayang, hormat, dan cinta yang mendalam padanya.

Setiap kali saya angkat kepala dari buku, yang tampak di depan saya adalah wajah istri saya yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya kagum pada bidadari saya ini. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat pandangannya dari buku dan menatap saya penuh cinta dengan senyumnya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan terlupakan semua. Rasanya kamilah orang yang paling berbahagia di dunia ini. 

"Allah menyertai orang-orang yang sabar, sayang..." bisiknya mesra sambil tersenyum.

Lalu kami teruskan belajar dengan semangat membara.

Allah Maha Penyayang, usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelar Magister dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya 2 tahun saja! Namun, kami belum keluar dari derita. Setelah meraih gelar Magister pun kami masih hidup susah, tidur di atas kasur tipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup kami.

Sampai akhirnya rahmat Allah datang juga. Setelah usaha keras, kami berhasil meneken kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk pertama kalinya, setelah 5 tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan tenang. Kami hidup di rumah yang mewah, merasakan kembali tidur di kasur empuk dan kembali mengenal masakan lezat.

Dua tahun setelah itu, kami dapat membeli villa berlantai dua di Heliopolis, Kairo. Sebenarnya, saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah memiliki rumah yang layak. Tetapi istriku memang 'edan'. Ia kembali mengeluarkan ide gila, yaitu ide untuk melanjutkan program Doktor Spesialis di London, juga dengan logika yang sulit saya tolak:

"Kita dokter yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui, dan kita kini memiliki uang yang cukup untuk mengambil gelar Doktor di London. Setelah bertahun-tahun hidup di lorong kumuh, tak ada salahnya kita raih sekalian jenjang akademis tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan dana tambahan."

Kucium kening istriku, dan bismillah... kami berangkat ke London. Singkatnya, dengan rahmat Allah, kami berdua berhasil menggondol gelar Doktor dari London. Saya spesialis syaraf dan istri saya spesialis jantung.

Setelah memperoleh gelar doktor spesialis, kami meneken kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya diangkat sebagai direktur rumah sakit, dan istri saya sebagai wakilnya! Kami juga mengajar di Universitas.

Kami pun dikaruniai seorang putri yang cantik dan cerdas. Saya namai dia dengan nama istri terkasih, belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang tiada henti mengilhamkan kebajikan.

Lima tahun setelah itu, kami pindah kembali ke Kairo setelah sebelumnya menunaikan ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana raja dan permaisurinya yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh cinta dan kedamaian setelah lebih dari 9 tahun hidup menderita, melarat dan sengsara.

Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami kepada Allah swt dan bertambahlan rasa cinta kami.

Ini kisah nyata yang saya sampaikan sebagai nasehat hidup. Jika hadirin sekalian ingin tahu istri saleha yang saya cintai dan mencurahkan cintanya dengan tulus, tanpa pernah surut sejak pertemuan pertama sampai saat ini, di kala suka dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru yang menunduk di barisan depan kaum ibu, tepat di sebelah kiri artis berjilbab Huda Sulthan. Dialah istri saya tercinta yang mengajarkan bahwa penderitaan bisa mengekalkan cinta. Dialah Prof Dr Shiddiqa binti Abdul Aziz ..."

Tepuk tangan bergemuruh mengiringi gerak kamera video menyorot sosok perempuan separoh baya yang tampak anggun dengan jilbab biru. Perempuan itu tengah mengusap kucuran air matanya. Kamera juga merekam mata Huda Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air mata haru kedua mempelai, dan segenap hadirin yang menghayati cerita ini dengan seksama.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyfGouffVAHrRXdbJ0CYugP-KJXrYJ52LSJtMMq2OIi6bd0aAPJt9OteE7i8i7U-n4XdhUgvHXu6RwNU0Au8BI0qr8ITs_dvQqZH95ku-E1xrWYhhbVdXZzCQG-JVWsMGirVAQR1jcKtaY/s1600/Egypt+Pyramids+Wallpapers+1.jpg

http://www.fromquarkstoquasars.com/wp-content/uploads/2014/05/Pyramids.jpg

 http://www.wpmap.org/wp-content/uploads/2011/05/megypt.gif

Source: Novel Di atas Sajadah Cinta by Habiburrahman El-Shirazy

Selasa, 25 November 2014

Iblis kok masuk neraka? Enak donk dia yang berasal dari api ketemu api ...!?

http://8pic.ir/images/h9an73rx02tv63di5jp8.jpg

Ada seorang pemuda yang lama menjalani pendidikan di luar negeri namun tidak pernah belajar agama Islam, kini kembali ke tanah air.

Sesampainya di rumah ia diminta kedua orang tuanya untuk belajar agama Islam, namun ia memberi syarat agar dicarikan guru agama yang bisa menjawab 3 pertanyaan yang selama ini mengganjal di hatinya.

Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut, seorang kyai dari pinggiran kota.

Pemuda : “Anda siapa dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?“
Kyai : “Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan Anda.“
Pemuda : “Anda yakin? Sedangkan Profesor di Amerika dan banyak orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya."
Kyai : “Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.“
Pemuda : “Saya ada 3 pertanyaan :
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya !
2. Kalau memang benar ada takdir, tunjukkan takdir itu pada saya !
3. Kalau iblis diciptakan dari api kenapa dimasukkan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat iblis. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Hahay, Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu ya?“
Tiba-tiba kyai tersebut menampar pipi pemuda tadi dengan keras.
Pemuda : (sambil menahan sakit) “Hei ! Kenapa Anda marah kepada saya? kenapa saya malah ditabok? Gimana sih?"

Kyai : “Saya tidak marah... Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yang Anda ajukan kepada saya.“
Pemuda : “Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.“
Kyai : “Bagaimana rasanya tamparan saya?“
Pemuda : “Tentu saja saya merasakan sakit.“
Kyai : “Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?“
Pemuda : “Ya!“
Kyai : “Tunjukan pada saya wujud sakit itu!“
Pemuda : “Saya tidak bisa.“
Kyai : “Itulah jawaban pertanyaan pertama ... kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya."
Kyai : “Apakah tadi malam Anda bermimpi akan ditampar oleh saya?“
Pemuda : “Tidak.
Kyai : “Apakah pernah terfikir oleh Anda akan menerima tamparan dari saya hari ini?“
Pemuda : “Tidak.“
Kyai : “Itulah yang dinamakan takdir.“
Kiyai : “Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar Anda?“
Pemuda : ”Kulit.“
Kyai : ”Terbuat dari apa pipi Anda?“
Pemuda : ”Kulit.“
Kyai : ”Bagaimana rasanya tamparan saya?“
Pemuda : ”Sakit.“
Kyai : ”Walaupun iblis dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk iblis....“

Pemuda itu pun tertunduk malu dan langsung pamit!

Senin, 24 November 2014

Lukisan & Gambar2 yang Menakjubkan, Temans!

Dengan melihat keindahan pemandangan-pemandangan berikut ini, semoga kita semakin menyadari bahwa masterpiece tersebut bersumber dari Allah Ta'ala, Sang Pencipta alam semesta beserta isinya (termasuk manusia dan otak jeniusnya). Subhanallah ...

http://i00.i.aliimg.com/wsphoto/v0/761099302/Free-shipping-small-size-fabric-font-b-picture-b-font-frame-wall-gobelin-tapestries-font-b.jpg

http://images6.fanpop.com/image/photos/33500000/Beautiful-Place-cynthia-selahblue-cynti19-33565327-1024-768.jpg

https://gandurilezburatoare.files.wordpress.com/2012/09/peisaje_de_toamna.jpg 





http://hqwallbase.com/images/big/beautiful_scenery-1568766.jpg

http://intofun.info/wp-content/themes/Topturtlegalery/crop.php?src=http%3A%2F%2Fintofun.info%2Fwp-content%2Fuploads%2F2013%2F03%2Fautumn-leaves-falling.jpg&h=1200&w=1920&zc=1&q=100

http://hdcomputerwallpaper.com/wp-content/uploads/2013/12/Beautiful-scenery-Photo.jpg

https://lh3.googleusercontent.com/-5K4V96Rm6QQ/UzkihUpgKHI/AAAAAAAAAL0/VrLALa2tBP8/w1920-h1200/memories_hd.jpg
http://img-fotki.yandex.ru/get/9764/3588041.1242/0_e0972_539c3db5_orig.jpg
http://i1198.photobucket.com/albums/aa455/wendydoll1031/beautiful%20scenery/flourescant.png

http://i.ytimg.com/vi/o0qfj-Xk3-E/maxresdefault.jpg

http://cs623917.vk.me/v623917592/2a48/dBo7EHydqfI.jpg


http://freewallpapersbackgrounds.com/server13/photos/cEo27uyASwjgLM~/216925_beautiful-wallpaper-scenery-desktops-background-landscape_1920x1080.jpg 


Source: dari berbagai sumber (Internet)

Minggu, 23 November 2014

Cintai Orang Tuamu, tanpa mereka kamu tiada di dunia ini.

http://agil27ananda.files.wordpress.com/2012/04/155868_179746542051239_100000476828242_599494_2057837_n.jpg

Allah memerintahkan kita untuk menghormati dan mencintai serta menyayangi Orang Tua

Dalam Al-Qur'an surat Al Ahqaf ayat 15 – 18:

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang Ibu bapaknya, Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada Ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. Dan orang yang berkata kepada dua orang Ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua Ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.

Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memperlakukan kedua Ibu-Bapaknya dengan hormat dan mulia. 
 http://wilsenrajaoloan.files.wordpress.com/2013/11/1234044_595295703842958_1874308912_n.jpg

Dari kedua Ibu-Bapak, Ibu mendapat hak lebih besar daripada Bapak karena alasan yang disebutkan pada ayat di atas. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“ Layani Ibumu, kemudian Ibumu, kemudian Ibumu, kemudian Bapakmu, kemudian saudara-saudara terdekatmu kemudian saudara-saudara jauhmu.”

Bila seorang wanita menjadi istri, ia pun akan mendapat peran sebagai Ibu. Jangan khawatir jika suamimu (wahai calon istri) nanti termasuk orang yang sangat berbakti kepada Ibu. Itu memang perintah Allah. Namun bukan berarti Bapak atau Ayah lantas jadi dilalaikan ya ... maksudnya, berbaktilah kepada keduanya, namun porsi baktinya memang dianjurkan lebih banyak kepada Ibu.

 https://yt3.ggpht.com/-b-ZEP5K_lNA/AAAAAAAAAAI/AAAAAAAAAAA/HvKS312nbHE/s900-c-k-no/photo.jpg

Sesungguhnya, Allah SWT telah memberikan kedudukan yang terhormat dan termulia untuk semua Ibu berdasarkan beberapa alasan:
  1. Ibu mengalami penderitaan yang berat ketika sedang hamil dan melahirkan anaknya.
  2. Ibu memberikan makanan kepada anaknya baik ketika di dalam kandungan maupun setelah lahir.
  3. Biasanya Ibulah yang mendidik anak dan melayani kebutuhan anaknya baik siang maupun malam.
  4. Ibu mengajar dan mendidik anaknya. 

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFhR38e8SV0Bd30TZsWJsw3DmL_7KzrW1n0Mm_4lQNLqXE5BofcTnWuJvdxLugqF335H1Sq7Ud98yEiCBPccP79keGtESyZcumN7cvDYor6x5-D8-i4TY0uS91LO8M_0O-J34CVSl-4mU/s1600/nasehat.jpg

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dalam Al-Qur'an surat Al Isra' ayat 23 – 25:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.

Suatu waktu seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
 “Pekerjaan apakah yang dilakukan orang yang sangat dicintai Allah Subhanahu Wa Ta'ala?” 
Nabi menjawab, “Shalat tepat pada waktunya,” 
Orang itu bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” 
Nabi SAW menjawab, “Memperlakukan Ibu-Bapakmu dengan baik.” (Bukhari)
Abdullah bin Umar RA meriwayatkan bahwa seseorang meminta ijin Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti jihad. 
Nabi Muhammad SAW bertanya, “Apakah Ibu-Bapakmu masih hidup?”. 
Ia menjawab, “Ya, masih.” 
Muhammad SAW bersabda, “Melayani kedua Ibu-Bapakmu adalah jihad bagimu.” 
(Hadits riwayat Imam Bukhari)

Abdullah bin Umar RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kalau engkau menunjukkan hormat kepada teman-teman Bapakmu, sama juga dengan engkau menunjukkan hormat kepada Bapakmu.” (HR. Bukhari)

 http://www.cintaquran.com/wp-content/uploads/2013/10/Teaching-to-Muslim-Child.jpg

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Qurtubi menyebutkan kejadian menarik yang diriwayatkan oleh Jabber bin Abdullah RA. Seseorang menghampiri Nabi Muhammad SAW dan mengeluh bahwa Bapaknya telah mengambil alih seluruh hartanya. Nabi Muhammad SAW bersabda kepadanya, “Jemputlah Bapakmu kesini.” Sementara itu Malaikat Jibril AS menghampiri Nabi Muhammad SAW dan berkata “Bila Bapaknya telah datang, tanyakan kepadanya tentang kata-kata yang diucapkan dalam hatinya bahkan telinganya sendiripun tidak dapat mendengarnya.” Ketika laki-laki muda itu membawa Bapakya, Nabi Muhammad SAW bertanya, ‘Kenapa anakmu mengeluh bahwa kamu telah menguasai seluruh hartanya?”
Sang Bapak meminta Nabi SAW “Tanyakanlah kepada anakku untuk apakah aku menggunakan uangnya selain untuk membiayai kebutuhan bibinya dan diriku?”
Nabi SAW bersabda, “Cukup, semua sudah jelas bagiku.”
Nabi SAW bertanya kepada sang Bapak, “Kata-kata apakah yang selalu kau ucapkan di dalam hati yang bahkan telingamupun tak dapat mendengarnya?”
Sang Bapak heran mendengar ini dan menjawab “Sesungguhnya ini adalah mukjizat bahwa engkau mengetahui hal ini.
Memang saya selalu mengucapkan satu puisi di dalam hati, sehingga bahkan telingakupun tidak dapat mendengarnya.”
Nabi SAW kemudian memerintahkannya untuk membacakan puisi itu. 

Bapak ini kemudian membacakan sebuah puisi dalam bahasa Arab yang indah. Terjemahan puisi itu adalah sebagai berikut:
Aku memberimu makan dimasa kecilmu dan mendukungmu bahkan ketika kau telah mencapai usia remaja. Seluruh biaya hidupmu ditanggung oleh punggungku.
Aku sering terbangun semalaman dan sangat gelisah bila kau sedang sakit. Seolah-olah sakitmu adalah sakitku, dan aku menangis sepanjang malam.
Ketakutan atas kematianmu selalu menghantuiku walaupun aku tahu bahwa maut hanya akan terjadi pada saat yang ditentukan dan tidak bisa dihindari sama sekali.
Ketika kau mencapai usia dewasa, sesuatu yang kudambakan, biasanya kau berlaku keras dan mengucapkan kata kasar kepadaku. Engkau bersikap kepadaku seolah-olah kau telah berbaik hati padaku.
Sayang sekali, seandainya kau tidak mau memberikan hakku sebagai Bapakmu, sedikitnya kau bisa memperlakukanku sebagai tetanggamu.
Aku mengharap engkau paling sedikit bisa menunaikan tugasmu kepadaku bagaikan tetanggamu, dan tidak bertindak kikir dalam membelanjakan uangku untuk keperluanku.

Setelah mendengarkan puisi yang menggetarkan ini Nabi Muhamamd SAW mencengkram leher laki-laki muda itu dan bersabda, “Pergi! Dan seluruh hartamu untuk Bapakmu!”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pada Hadits lainnya, Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW menaiki tangga pertama dari mimbarnya dan bersabda, “Ia menganiayai dirinya seluruhnya”.
Kemudian ia menaiki tangga kedua mimbarnya dan mengulang kalimat itu lagi. Kemudian ia naik ke tangga ketiga dan mengulang kalimat ini untuk ketiga kalinya. Para Sahabat bertanya “Ya Rasul, siapakah yang menganiaya dirinya?” Muhammad SAW menjawab, “Orang yang bertemu Ramadhan tetapi tidak mendapatkan dosanya diampuni Allah SWT. Orang yang tidak mengirim salam kepadaku ketika mendengar namaku disebut. Orang yang masih bisa melihat Ibu-Bapaknya diusia tua tetapi tidak bisa masuk surga.” (Muslim)
Dengan kata lain ketiga hal ini sudah pasti akan membawanya ke surga bila ia mematuhi perintah Allah SWT.
Semoga Allah SWT menumbuhkan hormat kita yang tulus bagi Ibu-Bapak kita di dalam hati kita dan menunjukkan kasih sayangNya kepada mereka seperti Ibu-Bapak kita menunjukkan kasih sayangnya kepada kita ketika kita masih kecil. (Amin)...

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Perintah yang rinci dan penting telah difirmankan oleh Allah SWT:
  1. Jangan mengucapkan sepatah katapun yang menunjukkan ketidakhormatan terhadap  mereka.
  2. Jangan membentak mereka.
  3. Berbicaralah dengan Ibu-Bapak dengan hormat dan santun.
  4. Bersikaplah merendah dan lembut kepada mereka. Kerendahan hati ini akan menunjukkan cinta kasih kepada mereka. Kerendahan hati ini harus keluar dari lubuk hati, dan bukan basa basi saja.
  5. Tidaklah mungkin seseorang bisa menunjukkan segala bentuk kesenangan kepada Ibu-Bapaknya, karena Anda hanya bisa melakukannya sepanjang kemampuan Anda. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memanjatkan doa berikut:




 
http://hdwallpapers2013.com/wp-content/uploads/2014/01/A-Family-Full-of-Love.jpg
http://momistabeginnings.com/wp-content/uploads/2014/03/love-your-family-8x10.jpg
http://www.wallquotes.com/sites/default/files/styles/uc_canvas/public/fmly0300-75.png?itok=FJ_Mt072




Lihat nih gambar di bawah ini, kucing saja sayang keluarganya. Masa kita enggak?????? :D