Model-model Pembelajaran
Untuk
membelajarkan siswa sesuai dengan cara atau gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal, ada berbagai model pembelajaran.
Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran
yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa,
sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri.
Berikut
ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif
sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang
dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta Sintakss
(prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk
melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.
1.
Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran
koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggungjawab bersama,
pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature
dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Jadi
model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 –
5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada Kontrol dan
fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi.
Sintakss
pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2.
Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab
lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan
disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan
suasana menjadi kondusif -nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada
tujuh indikator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan),
inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi,
menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi
konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak
lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah
pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian
portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan
berbagai cara).
3.
Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic
Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola
guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of
mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip,
algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia
empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia
rasio, pengemabngan mateastika).
Prinsip
RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan
proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi,
informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep),
interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari
guru dalam penemuan).
4.
Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan
yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar
akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaksnya
adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing,
refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode
ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5.
Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan
adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir
tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif,
terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa
dap[at berpikir optimal.
Indikator
model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,
induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi, dan inkuiri
6.
Problem Solving
Dalam
hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum
dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaksnya
adalah: sajikan permasalah yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok
atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa
mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi.
7.
Problem Posing
Bentuk
lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan
melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih simple sehingga dipahami. Sintaksnya adalah: pemahaman, jalan keluar,
identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternatif,
menyusun soal-pertanyaan.
8.
Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran
dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan
dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam
(multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas
ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing,
keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk untuk berimprovisasi mengembangkan
metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban
siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai
jawaban tersebut. Dengan demikian, model pembelajaran ini lebih mementingkan
proses daripada produk..
Sajian
masalah haruslah kontekstual yang kaya makna secara matematik (gunakan gambar,
diagram, tabel), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir
siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimbingan (sedikit
demi sedikit dilepas mandiri). Sintaksnya adalah menyajikan masalah,
pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan
pengarahan, membuat kesimpulan.
9.
Probing-prompting
Teknik
probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian
petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan
baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksikan
konsep-prinsip-aturan yang sudah ada tadi menjadi pengetahuan baru, dengan
demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan
model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara
acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa
tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan
dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun
demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya
melakukan serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara
menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana
menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang
salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah
berpartisipasi
10.
Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey
(1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari
eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan
aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat,
eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternatif pemecahan, dan
aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11.
Reciprocal Learning
Weinstein
& Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus
memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir,
dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukakan bahwa belajar efektif
yaitu belajar dengan cara bermakna, misalnya membaca, merangkum, bertanya,
representasi, hipotesis.
Untuk
mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran
resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul,
membaca-merangkum.
12.
SAVI
Pembelajaran
SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indera yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan
dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana
belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar
haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,
argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna
belajar haruslah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan
Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan
berpikir (minds-on) & belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan
berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,
menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
13.
TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan
model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa
sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif
dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman
dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru
bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah
selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika
waktunya tidak memungkinkan, TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan,
atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaksnya
adalah sebagai berikut:
*
Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi
dan mekanisme kegiatan
*
Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati
4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level
tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh
siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja
tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
*
Selanjutnya adalah laksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang
telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu
(misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya
diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor
yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
*
Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.),
dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan
gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
*
Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual,
berikan penghargaan kelompok dan individual.
14.
VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model
pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan
ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa
yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama
halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.
15.
AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model
pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi
yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara
siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
16.
TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan
bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK)
dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab vbelajar adalah pada
siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk
jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan
imposisi-intruksi.
Sintakssi
BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan
bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa
pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi
sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes
formatif.
17.
STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD
adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan Sintakss: pengarahan,
buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara
kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis
individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor
tim dan individual dan berikan reward.
18.
NHT (Numbered Head Together)
NHT
adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan Sintakss: pengarahan,
buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan
persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa
tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat
tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor
siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis
individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
19.
Jigsaw
Model
p[embeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan Sintakss sepeerti
berikut ini. Pengarahan, iformasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan
bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam
kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tuiap
kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang
sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal,
pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan
dan evaluasi, refleksi.
20.
TPS (Think Pairs Share)
Model
pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan Sintakss: Guru menyajikan
materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok
dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok
(share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis
dan berikan reward.
21.
GI (Group Investigation)
Model
koperatif tipe GI dengan Sintakss: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan
orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi
pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan
keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data
penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor
perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
22.
MEA (Means-Ends Analysis)
Model
pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah
dengan Sintakss: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis
heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi
perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi
solusi
23.
CPS (Creative Problem Solving)
Ini
juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui
teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan
suatu permasalahan. Sintakssnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan
materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan
fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan
solusi, presentasi dan diskusi.
24.
TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran
ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan
alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi,
dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sintaksnya adalah: informasi,
kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
25.
TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran
model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan
kelompok lain. Sintaksnya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok
lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari
kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok,
laporan kelompok.
26.
CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaksnya
adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide
untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E)
mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.
27.
SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran
ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu
dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat,
dengan Sintakss: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai
kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana)
tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari
jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas
bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh
28.
SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R
adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas
memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.
29.
MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model
ini adalah pembnelajaran yang mengutyamakan kebermaknaan belajar dan
efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual
kognitif-konstruktivis. Sintaksnya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan
yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep-ide; (2)
reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar; (3) production melalui
ekspresi-apresiasi konsep
30.
KUASAI
Pembelajaran
akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk
sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui -
memahami - menggunakan - memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci
serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi
diri tentang gaya belajar.
31.
CRI (Certainly of Response Index)
CRI
digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat
keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilikinya untuk memilih dan
menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan
bahwa CRI menggunakan rubrik dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1
untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5
untuk certain.
32.
DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS
adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada
pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan
jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut
dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Sintaksnya
adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentatif, pertimbangan solusi,
analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah
penyelesdai maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal,
mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi,
mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama,
menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.
33.
DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR
adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan
pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintakssnya
adalah: persiapan, pendahuluan, pengemabangan, penerapan, dan penutup.
34.
CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan
bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif
–kelompok. Sintakssnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru
memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja
sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap
wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok,
refleksi.
35.
IOC (Inside Outside Circle)
IOC
adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar
(Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang
bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan ssingkat dan teratur. Sintakssnya
adalah: Separu dari sejumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,
separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang
berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran
luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan
seterusnya
36.
Tari Bambu
Model
pembelajaran ini memberuikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi
pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi
ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukartan pengalaman dan
pengetahuan antar siswa. Sintakssnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di
depoan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri
berhadapan dengan kelompok siswa opertama, siswa yang berhadapan berbagi
pengalkaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satui jajaran
pindah ke ujunug lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.
37.
Artikulasi
Artikulasi
adalah mode pembelajaran dengan Sintakss: penyampaian konpetensi, sajian
materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan
materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di
depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.
38.
Debat
Debat
adalah model pembelajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian
duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh
masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah
satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya
secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola
perlu.
39.
Role Playing
Sintaks
dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran,
menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan
kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan
skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan
oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penimpoulan dan refleksi.
40.
Talking Stick
Sintaks
pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa
membaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan
tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari
guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi
dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.
41.
Snowball Throwing
Sintaksnya
adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan
diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap
kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok
lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi
42.
Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya
adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan
menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.
43.
Course Review Horay
Langkah-langkahnya:
informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau
kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru
membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan
nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor
dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward,
penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
44.
Demostration
Pembelajaran
ini khusu untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen.
Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan
ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau
kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan
evaluasi, refleksi.
45.
Explicit Instruction
Pembelajaran
ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah
demi langkah bertahap. Sintaksnya adalah: sajian informasi kompetensi,
mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan prosedural, membimbing
pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi,
refleksi.
46.
Scramble
Sintaksnya
adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan
diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu
jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk
jawaban yang cocok.
47.
Pair Checks
Siswa
berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan
temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan
dan evaluasi, refleksi.
48.
Make-A Match
Guru
menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi
jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha
menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya
siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk
babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi,
refleksi.
49.
Mind Mapping
Pembelajaran
ini sangat cocok untuk mereviu pengetahuan awal siswa. Sintaksnya adalah:
informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk
menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawababn, presentasi hasil diskusi
kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan
refleksi.
50.
Examples Non Examples
Persiapkan
gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan
gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian,
diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok,
bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.
51.
Picture and Picture
Sajian
informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan
dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru
mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi
bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
52.
Cooperative Script
Buat
kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa
mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah
seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan
refleksi.
53.
LAPS-Heuristik
Heuristik
adalah rangkaian pertanyaan yang bertisfat tuntunan dalam rangaka solusi
masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya,
adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana
sebaiknya mengerjakannya. Sintakss: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan
pengecekan.
54.
Improve
Improve
singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing,
Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment.
Sintaksnya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latian dan
bertanya, balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.
55.
Generatif
generatif
adalah konstruksivisme dengan Sintakss orintasi-motivasi, pengungkapan
ide-konsep awal, tantangan dan restruturisasi sajiankonsep, aplikasi, ranguman,
evaluasi, dan refleksi
56.
Circuit Learning
Pembelajaran
ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola
bertambah dan mengulang. Sintaksnya adalah kondisikan situasi belajar kondusif
dan fokus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta
konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi
57.
Complette Sentence
Pembelajaran
dengan model melengkapi kalimat adalah dengan Sintaksas: siapkan blangko isian
berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa
ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa
paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi,
presentasi.
58.
Concept Sentence
Prosedurnya
adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen,
guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membuat
kalimat berdasarkan kata kunci, presentasi.
59.
Time Token
Model
ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial
agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya
adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon
bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan
bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.
60.
Take and Give
Model
pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan Sintakss, siapkan kartu dengan
yang berisi nama siswa - bahan belajar - dan nama yang diberi, informasikan
kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan
mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya
kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa
lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi
61.
Superitem
Pembelajaran
ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari
simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah. Sintakssnya adalah ilustrasikan
konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan
sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi
informasi, integrasi, dan hipotesis.
62.
Hibrid
Model
hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa
mengadopsi konsep. Sintaksnya adalah pembelajaran ekspositori,
koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan
computer-internet.
63.
Treffinger
Pembelajaran
kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintakss: keterbukaan-
ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir
kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya,
kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.
64.
Kumon
Pembelajaran
dengan mengaitkan antarkonsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga
suasana nyaman-menyenangkan. Sintakssnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap
siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung
dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru
membimbing.
65.
Quantum
Memandang
pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus
menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan
saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua
mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward.
Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia
realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui
presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan
dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.
Rumus
quantum fisika asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m =
massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication,
optimalkan komunikasi + dengan aktivitas optimal.
Penutup
Kehidupan
akan terasa indah apabila ada variasi, sebaliknya akan terasa membosankan jika
segalanya monoton atau tak berubah. Perubahan ke arah perbaikan adalah tuntutan
alamiah yang menjadi kebutuhan setiap insan dalam setiap kehidupan.
Manusia
telah dibekali akal dan rasa untuk berkreasi, menciptakan inovasi, agar segalanya
berubah ke arah yang lebih baik dengan ikhtiar mulai dari diri sendiri. Oleh
karena itu penciptaan suasana kondusif perlu dilakukan sehingga dalam belajar
siswa tidak lagi merasa cemas, tidak lagi takut dalam berpartisipasi, tidak
lagi dirasakan sebagai kewajiban, melainkan menjadi kesadaran dan kebutuhan,
dalam suasana serta perasaan yang nyaman dan menyenangkan.
Salah
satu cara untuk menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan serta
terhindar dari kebosanan adalah dengan memahami gaya belajar siswa (apakah itu
dominan visual, audio, dan sebagainya), komunikasi positif yang efektif, dan menerapkan model pembelajaran yang inovatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar