Ayo menjadi Cagub untuk menciptakan Pendidikan Berkualitas
Sebagai cagub (calon guru berkualitas), mahasiswa haruslah dapat mempresentasi dengan baik. Presentasi haruslah secara efektif dan inovatif. Cagub yang akan masuk ke dalam dunia nyata ke sekolah akan menghadapi berbagai macam masalah, salah satunya masih susah dalam mempresentasikan atau menjelaskan kepada siswa agar siswa dapat memahami dan juga menikmati penjelasannya.
Seorang cagub haruslah memahami prinsip dasar yang paling penting untuk
dilakukan yaitu dengan berlatih, berlatih, berlatih, berlatih, dan
berlatih untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan skill atau
ketrampilan. Janganlah berhenti, jika gagal teruslah berusaha,
yakinlah bahwa kegagalan adalah hanya merupakan langkah awal menuju
keberhasilan.
Dave
Meir mengungkapkan bahwa belajar berdasarkan aktivitas berarti bergerak
aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak
mungkin dan membuat seluruh tubuh/ pikiran terlibat dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh anak
berdiri dan bergerak. Akan tetapi menggabungkan gerak fisik dengan
aktivitas intelektual dan pengunaan semua indra dapat berpengaruh besar
terhadap pembelajaran. Pendekatan belajar seperti tersebut dinamakan
dengan pendekatan SAVI.
Unsur-unsur pendekatan pembelajaran SAVI mudah diingat, yaitu:
1. Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat
2. Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar
3. Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
4. Intelektual : Belajar dengan memecahakan masalah dan merenung.
Oleh karena itu bukalah pikiran kita. Selain itu, kita juga harus
menyadari bahwa siswa memiliki kemampuan belajar yang tidak sama
sehingga berpengaruh terhadap gaya belajar mereka, So, kita harus memperhatikan aspek somatis, visual, & auditori siswa agar tercipta pembelajaran yang seimbang dan optimal.
Saatnya seorang 'calon' guru melakukan hal-hal positif berikut:
1. Memilih dengan bijak buku-buku yang kita baca
2. Mendengarkan hal-hal hanya yang bersifat positif, semangat dan membesarkan hati
3. Mengatakan hanya hal-hal yang positif dan membangkitkan semangat
4. Melakukan sesuatu yang bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.
Ketika
keempat hal tersebut kita lakukan, Insya Allah pikiran kita positif
sehingga aktivitas kita juga akan terarah ke hal-hal yang positif. Hal
itu juga terus menerus kita lakukan akan menjadi kebiasaan yang baik dan
akan membawa kita kepada karakter guru yang sebenarnya. Tidak salah
jika ada pepatah yang bilang: "Guru itu digugu dan ditiru."
Apabila
guru menebarkan epos (energi positif) kepada siswanya, maka siswanya
pun akan memiliki karakter positif. Jika hal ini dilakukan semua guru di
di Indonesia, maka akan tercipta Indonesia yang maju yang melahirkan
generasi-generasi yang tangguh yang membawa perubahan serta memiliki
keimanan atau dasar pribadi yang kuat.
Seorang calon guru maupun guru haruslah banyak membaca, jika hal
tersebut menjadi kebiasaan kita dalam satu bulan kita hanya membaca 4
buku, dalam satu tahum membaca 48 buku, dan selama lima tahun dapat
membaca 240 buku. Jika buku-buku tersebut tentang pendidikan, maka kita
akan menjadi Doktor pendidikan yang mampu membawa siswa kita menuju
keberhasilan.
Agar seorang guru mampu menjelaskan dengan baik kepada siswanya, maka ingatlah 3 P:
1. Poise, artinya kepercayaan diri, ketenangan, dan kredibilitas.
2. Pause, artinya hentian yang tepat, menujukkan penggunaan suara atau olah vokal yang baik
3. Pose, artinya penampilan Anda dihadapan siswa, mimik, dan bahasa tubuh Anda.
Seorang guru haruslah mempersembahkan apapun yang dimilikinya dalam
pengabdian dan beribadah kepada Allah Swt sehingga dapat mengajar dengan
hati dan amanah, membimbing dengan nurani, mendidik dengan keikhalasan
serta menginspirasi dan menyampaikan kebenaran dengan kasih sayang.
Teruslah berkarya, teruslah mencerdaskan generasi muda agar tercipta generasi yang mampu membawa perubahan yang hakiki.
Insya Allah.
(terinspirasi dari buku Bpk. Faqih Syarif berjudul Untaian Spiritual Motivation)
Indahnya berkoalisi dalam pembelajaran
Guru sebagai subjek pembelajaran memiliki peranan penting dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Seorang guru profesional akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memotivasi siswa. Seorang guru yang profesional juga dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran agar siswa tidak bosan dengan pengajaran guru. Guru yang profesional akan melahirkan siswa yang baik, sebaliknya guru yang korupsi akan melahirkan siswa yang korupsi juga.
Siswa sebagai objek pembelajaran membutuhkan motivasi dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, motivasi sangatlah penting dimiliki siswa
maupun guru. Motivasi sebagai kekuatan mental dalam belajar yaitu
berupa perhatian, kemauan atau cita-cita.
Kurikulum yang tepat yang menjadi landasan guru mengajar sangatlah
berpengaruh dalam diri siswa sebagai proses pencerapan ilmu sesuai
dengan potensi yang dimiliki siswa setiap jenjangnya.
Sekolah yang mendukung yaitu menciptakan suasana kondusif dan
profesional akan menumbuhkan semangat siswa untuk berangkat ke sekolah
dan belajar disana. Negara sebagai komponen terpenting dalam menciptakan
pendidikan berkualitas haruslah menyediakan fasilitas-fasilitas sekolah
dan juga kurikulum yang tepat. Negara dalam hal ini tidak boleh lepas
tangguh jawabnya kepada sekolah.
Keluarga dan masyarakat juga harus mendukung untuk terciptanya
pendidikan yang berkualitas sehingga seimbang antara yang didapat siswa
di sekolah dengan yang didapat siswa di keluarga maupun di masyarakat.
Pada setiap komponen tersebut haruslah terdapat penanaman keimanan yang
kuat agar melahirkan generasi yang taat yang senantiasi berjuang untuk
meriah ridhoNya.
Adanya koalisi antara guru, kurikulum, dan juga, sekolah, dan
tentunya negara akan dapat menghasilkan generasi-generasi yang unggul
yang mampu bersaing di dunia. Keindahan koalisi ini membuat Indonesia
dapat menjadi negara maju yang memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas sehingga tidak ada rakyat yang Indonesia yang menjadi jongos
di rumah sendiri seperti sekarang. Indonesia pun dapat mengelola sumber
kekayaannya sendiri tanpa dijual kepada orang lain.
Mari kita ubah dunia dengan menelurkan generasi-generasi yang tangguh dan cerdas.
sumber: majlispendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar